Selasa, 24 Maret 2015

Tertinggal Pesawat Ke Australia

     Dalam hidup selalu ada kejutan tak terduga jika kita mau berharap. Mimpilah, berdoa dan berusaha maka setiap kesempatan akan datang menyambutmu dengan riang. Yang perlu kau persiapkan dalam hidup hanyalah takwa dan mental, meskipun tak dipungkiri uang juga menjadi suatu kebutuhan yang patut dipersiapkan, tapi percayalah, uang bukanlah segalanya. Sudah tak sabar rasanya mundur ke masa lalu, tepatnya setahun yang lalu, saat petualangan ini baru akan dimulai.
     Pagi itu saya terbangun dengan sedikit terengah, mimpi yang sedikit aneh baru saja merasuk, terjaga dengan berusaha mengingat. Saya tipe orang yang terbiasa mendapat kiasan dalam mimpi, tapi seperti manusia normal lainnya, tentu saya hanya berharap semua akan baik saja dan mimpi itu hanyalah sebuah peringatan agar kita bersiap diri pada apa yang akan terjadi dan menjadi waspada, atau mungkin berusaha lebih sabar ketika suatu ujian akan segera menghampiri.
    ' Kaca mata saya patah', itulah mimpi saya sebelum keberangkatan ke Australia. Saya tergolong orang yang nekat, hanya membawa $500 untuk bekal hidup di Australia selama setahun, yang seharusnya menurut ketetapan pemerintah Australia sebesar $5000. Entahlah tidak biasanya saya senekat ini, tapi saya terlalu yakin Allah SWT bersama saya, akan menolong saya pada akhirnya. Saya selalu berkeyakinan janji Allah adalah benar, orang yang tidak sholat saja diberikan rezeki dan pertolongan, apalagi kita ciptaannya yang percaya dan mau beribadah kepadaNya. Selain itu karena saya memang tidak memiliki uang yang cukup, gengsi saya terlalu tinggi untuk meminta uang kepada orang tua, uang yang saya punya hanya itulah adanya.
    Firasat saya memang jarang meleset, seperti pemberitahuan di awal sebelumnya, saya tahu akan ada sesuatu yang akan terjadi diluar dugaan yang akan menguji kesabaran. Saya bertemu dengan kawan yang akan berangkat ke Sydney, teman seperjalanan dari Indonesia, kami memang telah lama berhubungan melalui media sosial, merencanakan pertemuan di bandara Soeta. Akhirnya untuk pertama kalinya kami bertemu, sempat terbersit kami mungkin takkan pernah bisa berjalan beriringan, karena kepribadian kami yang berbeda jauh. Saya berjilbab dan dia bergaya sexy ala anak muda seusianya. Dia memang lebih muda dari saya, mungkin sekitar 5 tahun dibawah saya. 
    Saya kehilangan bantal leher yang saya titipkan kepadanya, karena saya ijin untuk sholat terlebih dahulu. Firasat pertama sudah terjadi, tapi saya terus beristighfar dan membesarkan hati. Kami transit di KL, dan harus pindah pesawat, dengan jeda sekitar 2 jam. Disinilah bencana dimulai, saat itu saya teledor tidak menyesuaikan waktu malaysia yang lebih cepat 1 jam dari waktu Indonesia. Kami berpisah sejenak, saya memutuskan untuk sholat dan dia pergi entah kemana. Baru belakangan saya tau kalau ternyata dia pergi mencari money changer yang benar-benar menghabiskan waktu kami. Lama sekali rasanya saya menunggu, tapi dia tak kunjung datang, sementara hp kami tidak berfungsi karena sim card kami masih provider Indonesia. Akhirnya dia datang sekitar setengah jam kemudian, jantung saya sudah tak karuan, saya berusaha memperingatkan agar kita segera masuk ke ruang tunggu, tapi dia berkata dia lapar dan ingin membeli burger dengan antrian yang cukup panjang, saya terus peringatkan tentang waktu yang sudah tidak memungkinkan. Dan akhirnya dia menurut untuk memasuki ruang tunggu, kami berlari sepanjang koridor. Sampai akhirnya kami tertinggal pesawat. Pesawat memang belum berangkat, tapi bagasi kami telah diturunkan dan kami tidak diizinkan memasuki pesawat. Kami terpaksa harus memasuki ruang imigrasi dan meminta pembatalan cap. Saya tidak bisa menyalahkan siapa-siapa hanya pasrah, pastilah ada hikmah dibalik ini semua, ternyata teman saya ke money changer untuk menukarkan AUD ke rupiah untuk membayar hutang kepada saya. Saat itu dia bertanya mau dibayar pake rupiah atau dollar? karena saya takut merugikan orang lain, karena yang dipinjam dalam rupiah bayarkan saja dalam rupiah agar nilainya menjadi jelas. Tapi saya tidak menyangka kalau dia ingin membayar saat itu juga, seharusnya dia berkompromi, tapi yah sekali lagi saya yang salah, dia hanya bermaksud baik dan merupakan sebuah kesalahpahaman. Perasaan saya campur baur saat itu, karena saya teringat keluarga yang berpesan untuk segera mengirimkan kabar setibanya di Australia. Saya takut mereka khawatir, sungguh dilema saat itu, saya tidak bisa berkata jujur menceritakan apa yang terjadi karena takut mereka justru lebih khawatir karena saya tertinggal pesawat. Di lain pihak saya harus memberi kabar tentang kondisi saya agar mereka tidak khawatir. 
    Malam itu sudah jam 11.30 malam, saya bertekat untuk membeli tiket pesawat saat itu juga untuk keberangkatan besok pagi, semakin cepat semakin baik, begitu pikir saya, sehingga keluarga tidak khawatir. Namun sang kawan punya pemikirannya sendiri, mumpung sudah di KL, dia ingin menjelajah malaysia dan mungkin sekitar dua hari lagi baru berangkat ke Australia. Kami beradu pendapat, tidak menemukan sepakat. Kami sama-sama keras.
     Akhirnya waktulah yang memutuskan, karena kami tidak mencapai mufakat, maka karena malam yang semakin larut, counter ticket pun tutup. Mau tidak mau kami akhirnya terpaksa menginap di Bandara.

Tips Untuk muslim atau muslimah yang tertinggal pesawat, carilah musholla karena kita bisa beribadah tepat waktu, tempat yang aman dan gratis untuk tidur serta kita akan bertemu orang-orang baru. Bertemu dengan orang-orang baru sangatlah menghibur hati, kita bisa berbagi cerita dan menambah saudara, bahkan terkadang tak terduga. Saya mendapat beberapa undangan dari mereka untuk singgah jika saya ada waktu, mereka menuliskan alamat dan no. telp, sungguh persaudaraan itu indah. Itulah janji Allah. Allah SWT sebaik-baik penolong.

 Selalu ada hikmah dibalik kejadian. Sejak kejadian ini saya selalu mengatur waktu jam diatas pesawat setelah pemberitahuan dari sang pilot dan lebih berhati-hati pada setiap penerbangan. Manusia hanya bisa berencana, Allahlah yang menentukan. 



Selasa, 15 Juli 2014

Drama

        Beberapa orang sangat menyukai kehidupan penuh drama mendebarkan, tapi bagiku, kehidupan aman dan santai tanpa efek-efek mengagetkan jauh lebih sehat. Jantungku terkadang tidak cukup kuat untuk menerima semuanya. Meski ternyata kuakui, hal itu jauh lebih menyenangkan. Kehidupan di Australia membuatku merasakan beberapa hal yang tak mungkin akan aku rasakan di Indonesia. Beberapa jenis pekerjaan kurasakan, beberapa jenis manusia telah dipertemukan. Dan betapa kuasa Allah terasa sangat dekat, pertolongan, peringatan dan kasih sayang-Nya sungguh nyata kurasakan.
       
     Wanita itu harus berprinsip,meskipun kata orang, wanita merupakan mahluk yg lbh mengutamakan perasaan drpd logika,tp saya rasa hal itu tdk spnhnya benar. Pernyataan itu tidak serta merta membenarkan para wanita melakukan kesalahan dengan mudahnya dan melimpahkan kesalahan trhdp kodratnya atau sifat pembawa yg dimilikinya. Tidak, menurut saya hal itu hanya merupakan perbuatan seorang yg tidak memiliki tanggung jawab.
    Miris melihat fakta2 yg trjadi belakangan ini ,para gadis ,wanita dan anak perempuan entah apapun sebutannya,brp pun tingkat umurnya,telah kehilangan pegangan hidup,kehilangan nilai2 yg hrus dijunjung para wanita. Kehormatan,harga diri dan batasan yg shrusnya mjdi pelindung. Sex bebas dikalangan pelajar,pacaran yg gila2an benar2 menjadi sebuah momok rusaknya moral bangsa. 
   Pada akhirnya, penyelesaian atas segala permasalahan tersebut sangatlah sederhana, tak perlu penelitiaan dgn budget fantastik ,atau uji kelayakan,bahkan tak perlu partisipan responden dgn data yg valid. Ya, semudah itu pada akhirnya rumus terbaik adalah yg paling sederhana. "Agama". Kesadaran kita akan adanya Allah ,tuhan yg menciptakan dan memiliki kuasa penuh atas peraturan yg blh dan tidak. Dan ketika kita meyakini betapa semua itu hanya untuk kebaikan kita sendiri,maka semua penentangan, semua pembangkangan akan punah dengan sendirinya.
   Tak peduli betapa lemahnya kita ,bersandarlah hanya kepada Allah ,jalani saja apa yg disuruh dan jauhi apa yg dilarang ,bukankah sesimpel itu. 
   Saya pun menyadari masalah hati jauh lebih menakutkan dr apapun didunia ini. Perihal jatuh cinta dan lawan jenis tergadang benar2 mampu menggoyahkan. Itu benar,saya akui ,berkali-kali terjadi.Tapi tetap pada akhirnya seperti yg berkali2 saya tuliskan, hanya kepada Allahlah kita kembali. Tetaplah berbesar hati. 
   





Sabtu, 28 September 2013

Tulis-Tunggu-Realisasi

      10 Tahun lalu, aku terlalu sibuk dengan khayalanku, membuat cerpen dan berangan-angan. Beberapa negeri kutulisi, hanya berdasar referensi televisi atau gambar yang terselap selip disana-sini. Beberapa tahun kehidupanku mati suri, penggembira dan pecicilan hilang ditelan bumi. Kusadari beberapa sifat masih kumiliki dan sulit dihilangkan meski itu sifat buruk. Kurasa manusiawi, merubah hal menjadi 100 % adalah kejam, karena manusia hidup dari proses yang lambat dan perlahan-lahan. Tentu dalam perjalanan hidup, ketika kita berhenti sejenak sambil melepas lelah, ada baiknya memilah dan memilih. Setiap manusia punya masalah masing2, mulai dari ekonomi, percintaan, sosial, kehidupan rumah tangga bagi yang menikah, anak beranak, atau mungkin cucu2, yah semua hal tentu telah diatur dan mempunyai kekhasan masing2. Lika-liku hidup akan sedikit banyak membentuk karakter dan kepribadian setiap individu, ke arah yang benar, itulah yang diharapkan, menjadi bijaksana itulah yang diusahakan. Meski semua tahu, memperbaiki adalah hal yang menuntut kesabaran lebih, karena proses untuk memperbaiki adalah proses mencari terlebih dahulu kerusakan dan kesalahan yang ada sehingga bisa diputuskan tindakan apa yang bisa dilakukan, perlukah penggantian atau hanya sekedar dipoles sana sini.
      Kini setelah 10 tahun, aku bahkan tidak menyadari kalau aku punya keberanian yang bagi orang sepertiku sudah cukup luar biasa. Aku akan melakukan perjalanan backpacker pada november tahun ini, setahun kurencanakan, di negeri yang 10 tahun lalu kutuliskan dibuku cerpenku yang lusuh. Aku masih mengingat cerpen itu, meski samar2, ada sedikit ketakutan, ttg cerpen2 yg kutulis, aku selalu berusaha membuat endingnya baik, karena entah mengapa aku percaya, kalau manusia memiliki karma atas karya2nya. Dari karya terkadang akan memberikan sebuah kenyataan, entah itu dari lirik lagu, puisi, cerpen, novel atau apapun. Saat ini satu terealisasi, semoga negeri2 lain yang pernah kutulis menjemputku dan mengundangku ke negeri mereka, dan aku terlalu takut membayangkan kalau khayalanku akan terealisasi sepenuhnya. Mungkin nanti dalam satu postingan tersendiri, untuk khayalan paling gila yang pernah kutulis dibuku diariku akan kutulis disini. Sebenarnya aku terlalu malu, untuk membaginya disini. Terlalu gila dan tidak realistis. Tapi satu keyakinanku, meski ditertawakan, toh aku takkan pernah melihat mereka tertawa, jadi aku cukup bahagia.
    Sebenarnya ada rasa takut menjalani kehidupan yang baru di negeri asing, bahasanya, cuacanya, budayanya, dan negeri non muslim terkadang memberi kekhaatiran tersendiri. Semoga semua baik, semoga semua lancar. Aku berharap, aku berdoa dan aku bersabar.
    Aku ingin bahagia menikmati hari, tidak dipusingkan lagi dengan urusan banyak orang, sepertinya mengatur beberapa urusan orang lain sangatlah memusingkan, aku semakin merasa betapa kecilnya manusia. Hanya Allahlah yang maha agung, hal ini dalam pengertian secara nyata, manusia, alam dan isinya diatur sedemikian rupa dalam setiap detik. Kompleksitas yang takkan pernah mampu dibuat manusia sejenius apapun, apalagi mesin. Sungguh hanya kepada Allahlah kita patut bersujud. Aku akan rehat dari segala urusan ini dan akan mengurusi diriku sendiri. Banyak harapan dan niat baik dalam perjalanan kali ini. Aku berharap menemukan passion hidupku, bertemu orang2 baru, pemikiran baru dan semoga aku lebih menghargai hidup yang diberikan Allah ini. Amin, wish me luck!
  (Disaat seperti ini, kenapa suara perut harus terdengar, benar2 mengganggu mood).










different head

      Tiba2 saja teringat ttg masa kuliah,ternyata saya tipe orang yg seringkali memiliki pemikiran dan pemahaman yg brbeda dgn orang lain. Saya khawatir ini sebuah penyakit gila. Bukankah orang gila adalah orang yg sibuk dgn pemikirannya dan dunianya sendiri, biasanya berbeda pndpt dan pengertian dgn orang normal ttg suatu hal. Hmm sungguh menjadi kecemasan tersendiri.          
     Pernah suatu kali saat tema presentasi adalah ttg penganekaragaman pangan, klo tdk slh yg dibahas saat itu  'kentang sbg substitusi padi sbg bahan pangan pokok'. Permslhn yg dbhs mulai dr ktrbtsan lahan, tingginya konsumsi, kebiasaan orang indo yg makan nasi, lalu komoditas padi yg dipolitisasi. Dalam sesi tanya jawab hampir semua orang setuju dgn hal itu, tapi saat itu saya yg sdh hampir 1,5 jam menahan diri, tetap kalah dgn keinginan kuat ,apakah ini nafsu? pantas musuh terbsar manusia adalah nafsu. Dan untuk itu saya harus belajar pengendalian diri yg lbh bsr lg. Saat itu ketika sesi tanya jawab sdh hmpr dtutup tiba2 tangan saya tnpa trkndali mengacung ke atas. Batinku brprang,'tangan kurang ajar beraninya mengngkat disaat tdk diprlukan'.
    "Bisakah saya minta ditampilkan data nilai gizi". Akhirnya finalis menyanggupi. Dan ya Allah,stlh melihat data saya semakin menggila, ' ditinjau dr data gizi yg anda tunjukkan ,beras memiliki nilai gizi tertinggi , kemudian sebaran potensi penanaman padi Indonesia memiliki luas lahan yg ckp besar untuk dijadikan sentra dibandingkan negara penghasil padi lainnya. Dengan potensi nilai ini bukankah prmslahn seharusnya difokuskan trhdp peningkatan prdksi padi. Jika kita bisa makan beras yg lbh brgizi drpd kntg knp kita harus makan kentang? td anda bahas ttg kebiasaan orng indo makan nasi, taukah anda bahwa pnduduk kita banyak sekali yg msh miskin , jika dikonversikan,makan kntg memiliki biaya yg lbh tinggi, dgn mkn nasi kita sdh kenyang, tdk prlu membeli pangan altrnatif untuk mengenyangkan perut shgga biaya pengeluaran untuk makan bisa ditekan. Harga kntg yg tinggi tidak terjangkau oleh petani jika harus dimakan setiap hari. Lalu semua berusaha berargumentasi, syukur sekali kesadaran saya kembali, saat itu saya telah dikendalikan nafsu. Lalu saya mengakhiri, "terima kasih", presentasi anda baik sekali, diselingi senyuman yg terasa agak kaku. Pelajaran berharga yang sekali lagi dapat kupetik. Kesabaran adalah hal yang akan berbuah manis, pengendalian diri, jauh lebih penting dari apapun. Tapi terkadang beberapa sifat inilah yang membawaku pada kejadian2 tak terduga selanjutnya.

kehilangan jati diri

Suatu pagi, dalam sebuah perenungan panjang, aku terdiam, aku menyadari satu hal pagi ini,,,
aku kehilangan jati diri,
aku ingin sekolah lagi,,,
lalu ada sebuah bisik kecil entah datang dari lubuk hati bagian mana, atau dari otakku yang sebelah mana,
lalu semakin ramai kudengar, kekeh tawa yang memilukan,
harga diriku ditertawakan,
Ya Allah, beginikah isi jiwaku, mereka berperang, bertengkar bahkan tanpa memikirkan perasaan sang empunya,
menuntut ilmu, bukankah itu malah akan memberatkan jiwamu, bisik suara tawa yang mulai terdengar jelas, bagaimana mungkin kau mengaku mencintai ilmu, sementara tak satupun bagian dari ilmu yang telah kau punya kau amalkan, bukankah itu menggelikan,
jiwaku terasa pias, aku butuh dukungan,
kutatap setiap zat yang tak tampak, namun aku tau mereka berada disana, seakan sedang berkumpul dalam sebuah forum, aku butuh pembelaan,
tak ada satu sosokpun yang bersedia membelaku,
aku tau
dia benar,
mereka benar,
aku tak berguna, tak berdaya,
tak berjiwa,
aku telah kehilangan kepercayaan diri dan juga jati diri, entahlah
akupun tak mengerti, bagaimana seharusnya menjadi berarti,
biar kupejamkan mata sekali lagi, agar terdengar lebih jelas bisikan pembelaan walau sekecil apapun, bukankah kita tak boleh berputus asa.
aku bukan tak berguna, aku mungkin kini tak berdaya, tapi
aku yakin karena puzzle hidupku belum lengkap, layaknya ilmuku yang baru seujung kuku,
bagaimana mungkin aku mampu menanggung yang sebesar itu, jika bekalku tak cukup,
tunggulah, bersabarlah, aku janji takkan mengecewakan kalian, teruslah mendukungku dan tertawalah ketika aku bahagia, berhenti menghakimiku, karena aku juga manusia biasa, yang butuh waktu, kesempatan dan pemompaan energi, aku janji takkan menyerah saat ini, kumohon, tunggu sedikit lagi,:)

Minggu, 22 September 2013

mata hijau

        Hidup ini bukankah selalu saja tidak terduga ,aku berharap hanya bertemu yg bermata hitam atau mungkin yg bermata coklat seperti mataku. Bermata hijau atau biru tentu saja jauh dari anganku. Punya selera humor yg sama,wawasan luas dan membuatku nyaman merupakan hal yg menjadi pnybabku lbh menyukai kesendirian. Kemandirian,berprinsip dan keras kepala hampir menjadi trademarkku. Kemampuanberadaptasi dngn sekitar merupakan sebuah keunggulan tersendiri ,tapi hal itu tidak serta merta membuat kita nyaman. Bisa menahan napas yg pjg saat berenang bukan berarti kita ingin hidup sel amanya di dalam air,begitulah. Ramah tamah dan sopan santun tentu mjd syarat mutlak dlm prgaulan. Tapi berteman dgn para pria selalu saja menimbulkan ketidaknyamanan ,karena entah mengapa pada akhir cerita mereka selalu saja menawarkan sesuatu yg sejak awal sdh  dibatasi dan beri jarak. Sehingga seringkali trpksa harus kehilangan pribadi2 yg baik,yg sbnrnya tak prnh ada kslahan dr siapapun tapi hanya kemampuanku dlm merasa nyaman yg rendah yg membuatku harus dihakimi dan untuk itu selalu berakhir dengan selamat tinggal. Kehilangan sahabat2 baik merupakan sebuah kesedihan trsendiri buatku. Jadi jgn trlalu brsdh karena bukan hanya kalian yg terluka.
      Pertemuan dgn si mata hijau awalnya sangatlah biasa,pertemanan dgn orang baru tentu saja memberikan kebahagiaan tersendiri. Pribadiku yg gampang akrab dgn orang baru dan menyukai humor mungkin menjadi alasannya mau berteman dgnku. Tdk sprti mata kebanyakan,matanya hijau dan parasnya sprti pangeran berkuda putih dlm negeri dongeng,tapi hal itu tdk menggoyahkanku. Meski sempat trgoda punya bayi seindah matanya tp "tdk", bukan itu alasan yg kupunya. Tak peduli setampan apa mahluk itu, biasanya aku sudah sgt kebal. Tapi bgm mungkin si mata hijau punya paket lengkap yg dicari, berwawasan luas, selera humor yg sama dan mampu membuatku nyaman. Kesabarannya membuatku takjub ,kemampuan mengendalikan diri dan menghargai perbedaan pendapat mungkin sdh terasah karena profesinya sbg seorang attorney. Tak ada cela bagiku. Percakapan kami selalu meloncat- loncat,krisis ekonomi, kenangan dosen, politik, kemampuan menjadi seorang linguists,percakapan ttg kedokteran,budaya,remeh temeh (hal2 remeh),bahkan keadaan hidup. Dialah mata pertama kali yg kuakui. Bagiku dia tempat bertukar pikiran,diskusi suatu kasus dan pembelajaran. Tapi aku tau benar ada hal yg memisahkan,ada hal krusial yg sgt mndsar. Kami mengetahuinya, banyak sekali prbdaan yg kami miliki mulai dr warna mata,nationality,budaya, pemikiran dan masih banyak lagi. komunikasi tak selamanya mulus. seringkali ia marah bukan karena kemarahan yg kusebabkan. Tapi ia marah karena tanpa sadar trkdg ia membuatku terdiam. Entah bgm caranya,ia selalu saja bisa mendeteksi emosiku. Ia bahkan mengenalku lebih drpd diriku sendiri. Apakah dia belahan jiwa? sungguh menakutkan. Sampai akhirnya pembicaraan yg slalu dihindari tak mampu lg dibendung. Ia menawarkan sbuah khdpn baru,ia bhkn brsdia brkompromi pada masa depan. Ia menyerahkan sepenuhnya kepadaku. Suatu hal yg tdk biasa untuk seorang mapan sepertinya, mau melihat kemungkinan lain demi seorang sepertiku. Seorang yg pd hari libur lebih suka bermalasan seharian diatas tempat tidur sambil membaca buku. Dia bahkan memaklumiku, menawarkan memasak dan meminjamkan kasur,brjanji tdk akan mengganggu. Sebuah humor yg membuatku terhibur. Entah dia hanya penggoda atau tulus. Meski aku yakin kemampuan memasakku diatas kemampuannya.
     Tapi ketika akhirnya dia memintaku untuk menerimanya ,tak ada kata 'i do' sprti yg ada di film2. Tragis, bagiku cinta adalah hal yg baik,indah tp tdk bnr untuk mengorbankan logika. "Betapa menderitanya kau,maka tanggunglah",itu adalah hal yg bnr untuk dilakukan. Syaratku satu,kita harus seagama. Hdp brsama memiliki konsekuensi untuk melakukan ritual brsama tanpa trkrcuali ibadah. Maka dgn logika kuluruskan kembali,pd akhirnya kepada Allahlah kita kembali. Ketika penghakiman trjadi skali lg krna penolakan yg kulakukan.
   Tapi kali ini aku tdk ingin kehilangan sosok sahabat sepertimu. Tiba2 aku menjadi sangat egois,tak ingin kehilanganmu,mari berteman,mari kita kembali kpd awal prtmanan kita,dmn kita saling menghargai prbedaan pndpt. "Waktu", itulah yang dibutuhkan seseorang untuk pulih. Aku percaya dan aku memberikannya, lalu aku hanya perlu menunggu. Kesabaran selalu membuahkan hal yang manis, setelah segalanya, "selamat datang kembali", seorang yang kini bagiku tanpa identitas, bukan sahabat, karena tentu ada jarak stlh semuanya, bukan mantan pacar karena aku menentang keras pacaran yang haram dalam islam, entah apa kau bagiku kini? Mungkin sosok yang kuhormati dan teman berdiskusi. Terima kasih karena tidak pergi.

(menulis dr hp memang memberikan kesetressan tersendiri).